"Masyarakat Jawa sebenarnya memiliki kearifan lokal yang cukup ampuh, sebagai pegangan warga desa dan siapapun juga dalam menghadapi situasi pandemi yang masih berlangsung, dengan falsafahnya Sluman Slumun Slamet".
Hal tersebut disampaikan Kamituwa saat menyampaikan himbauan dari Ketua Satgas dan Relawan Desa Aman Covid-19 yaitu Lurah Karangsari, Mujirin kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan menyusul perkembangan situasi pandemi yang sedang tidak baik.
Memasuki pekan terakhir di bulan Juni, Kalurahan Karangsari dan Kabupaten Kulon Progo pada umumnya menghadapi perkembangan situasi pandemi yang memburuk.
"Peningkatan kasus signifikan, ketersediaan ruang isolasi di Rumah Sakit Rujukan yang hampir penuh, serta faktor kelelahan yang dihadapi tenaga medis selayaknya menjadi perhatian bagi semuanya".
"Kasus aktif di Karangsari saat ini meningkat signifikan. 22 warga terpapar virus, tersebar di 15 wilayah RT, dan 8 Padukuhan. Sesuai dengan pembagian zonasi PPKM Mikro, satu RT akan berstatus zona orange karena terdapat sejumlah 4 orang terpapar virus di 3 rumah yang berbeda. Penutupan Puskesmas Pengasih II hingga tanggal 5 Juli 2021, menyusul sejumlah 23 dari 50 tenaga kesehatan terpapar Covid-19 juga menjadi tantangan dan kendala tersendiri", terangnya.
"Walaupun masyarakat di zona kuning masih bisa beraktifitas dan tetap produktif, namun untuk saat ini dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, berupaya meningkatkan daya tahan tubuh, serta lebih disiplin menerapkan prokes. Kami khawatir apabila kemudian terdapat warga bergejala sedang atau berat, namun tidak bisa terlayani dengan baik. Mengingat kurangnya tenaga kesehatan, dan minimnya ketersediaan ruang rawatan seperti yang terjadi sekarang ini". Saptariningsih, Jagabaya Karangsari menambahkan.
Falsafah Sluman Slumun Slamet
Di dalam falsafah Jawa Sluman Slumun Slamet, terdapat beberapa prinsip dan nilai-nilai yang bisa dijadikan pegangan bagi masyarakat saat menghadapi situasi pandemi, yakni :
1. Prinsip Kehati-hatian
Untuk mencapai keselamatan butuh kehati-hatian. Dalam konteks situasi pandemi, kehati-hatian bisa dilakukan masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan lebih ketat, serta mengurangi interaksi satu sama lain.
Dalam situasi penyebaran virus yang semakin merebak, ancaman paparan bisa terjadi dimana saja. Terutama saat saling berinteraksi, sehingga kehati-hatian adalah keutamaan dalam falsafah Sluman Slumun Slamet.
2. Berani Mengambil Resiko dan Berinovasi
Selain berhati-hati, dalam menyongsong kehidupan dan adaptasi kebiasaan baru, Sluman Slumun Slamet menuntun pada kesadaran individu akan hadirnya suatu resiko yang dapat menimpa diri setiap orang.
Dibutuhkan keberanian mengambil resiko serta berinovasi untuk memastikan diri tetap produktif, selain dituntut juga untuk tetap berupaya maskimal agar terhindar dari paparan virus.
Pengaturan interaksi di kegiatan sosial kemasyarakatan, peribadatan, dsb yang selama ini dilakukan adalah bagian dari prinsip kehati-hatian dan inovasi agar masyarakat luas bisa tetap produktif, namun tetap selamat, sesuai dengan falsafah Sluman Slumun Slamet.
3. Tetap Mengutamakan Keselamatan.
Sluman Slumun Slamet mengajarkan pada kesadaran dan tanggung jawab setiap individu untuk senantiasa menjaga keselamatan bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, dan lingkungannya. Menghadapi situasi pandemi, hal tersebut bisa dilakukan dengan menghindari sikap egois yang berpotensi mendatangkan mudharat bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain.
4. Pasrah dan Tawakal
Setelah menjalankan prinsip kehati-hatian, mengutamakan keselamatan, serta berani mengambil resiko, di dalam Sluman Slumun Slamet ada nilai pasrah dan tetap bertawakal terhadap kehendak Tuhan YME. Hal itu akan sangat membantu memberi dorongan khususnya psikologis warga masyarakat tetap tegar menghadapi situasi serba sulit, akibat pandemi. Bagaimanapun, situasi pandemi telah menjadi ketentuan dan ketetapan Tuhan YME. Selayaknya, bisa dijadikan sebagai sarana untuk muhasabah diri, bersabar dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Kontributor :
Sugeng Riyanto