You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan Karangsari
Kalurahan Karangsari

Kap. Pengasih, Kab. Kulon Progo, Provinsi Di Yogyakarta

Selamat Datang Di Situs Resmi Pemerintah Desa Karangsari, Pengasih, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta

Film Bumi Manusia yang sangat "membumi"

Administrator 18 Agustus 2019 Dibaca 831 Kali

[KBR|Warita Desa] Kalau ditelusuri sejarahnya, novel Bumi Manusia (1980) adalah karya yang "berbahaya".

Penulisnya, Pramoedya Ananta Toer, pernah menjadi tahanan politik rezim Orde Baru selama belasan tahun karena dituduh terlibat gerakan "kiri". Pram pun menulis novel-novelnya dari dalam penjara ketika ia dibuang ke Pulau Buru.

Tak lama setelah terbit, novel Bumi Manusia (1980) dilarang beredar karena dianggap menyebarkan paham komunis, ideologi terlarang.

Novel Pram dituding menggambarkan pertentangan kelas sosial dengan vulgar, hingga dikhawatirkan bisa memantik perpecahan. Novelnya juga berisi kritik keras terhadap feodalisme, yang mengakar kuat di lembaga-lembaga kekuasaan dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Kendati demikian, aura "berbahaya" itu nyaris tak tampak dalam film Bumi Manusia (2019) besutan sutradara Hanung Bramantyo.

Malahan, film adaptasinya ini terkesan begitu "membumi", dalam artian terasa hidup, penuh warna-warni, serta dekat dengan hidup keseharian kita.

Bumi Manusia (2019) tayang perdana pada 15 Agustus 2019 di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini diberi nyawa oleh aktor-aktris lintas generasi seperti Iqbaal Ramadhan, Mawar de Jongh, Sha Ine Febriyanti, Donny Damara, dan sederet nama lainnya.


Menyajikan Realita Kelam dengan Ramah

Meski mengangkat latar kehidupan tanah Jawa akhir abad ke-18, film Bumi Manusia (2019) menyajikan imaji-imaji yang berwarna cerah dan menyegarkan.

Berbagai realita kelam seperti penjajahan, perbudakan, pelacuran, pelecehan seksual, penindasan atas nama hukum, bahkan pembunuhan, disajikan dengan cukup "ramah" hingga tak menimbulkan syok atau ngeri berlebih pada penonton.

Film Bumi Manusia (2019) apik merangkai sejarah gelap kolonialisme itu dengan kisah cinta yang manis, dan selipan-selipan komedi sederhana yang terasa hangat dan jujur.

Selama tiga jam durasinya, penonton disuguhi susunan adegan dan dialog yang memancing tawa, haru, kesal, bahkan membuat kita bertanya-tanya apa artinya jadi manusia merdeka.

Setelah film selesai, penonton juga bisa membawa pulang banyak kutipan dialog yang indah, sarat makna, namun seringkali problematis. Saya sendiri bawa satu untuk oleh-oleh:

"Mas, kita pernah bahagia. Sudah, ingat itu saja." - Annelies Mellema

Oleh : Adi Ahdiat
Editor : Agus Lukman

https://m.kbr.id/intermezzo/08-2019/film_bumi_manusia_yang_sangat__membumi_/100213.html

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2023 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp1,743,363,971 Rp1,873,569,697
93.05%
Belanja
Rp2,758,756,202 Rp2,983,190,231
92.48%

APBDes 2023 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp105,950,000 Rp194,581,207
54.45%
Hasil Aset Desa
Rp24,946,560 Rp22,473,703
111%
Dana Desa
Rp1,473,021,000 Rp1,473,021,000
100%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp139,446,411 Rp183,493,787
76%

APBDes 2023 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp1,041,477,574 Rp1,178,679,983
88.36%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp1,237,885,628 Rp1,246,720,824
99.29%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp37,477,000 Rp104,101,224
36%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp290,716,000 Rp296,238,200
98.14%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp151,200,000 Rp157,450,000
96.03%