Wacana penutupan operasional Rumah Singgah Teratai (RST) di RSUD Wates, Kulon Progo yang selama ini dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Isolasi Mandiri bagi pasien positif Covid-19 kategori tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan, menjadi tantangan tersendiri bagi desa dan masyarakat di Kulon Progo.
Wacana tersebut juga ditegaskan kembali oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Joko Budi Santoso, S.KM. M.Kes dalam kegiatan Orientasi Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 Melalui Pemberdayaan Masyarakat dalam pelaksanaan Isolasi Mandiri di Rumah yang diselenggarakan pada Senin (16/11/2020) di Aula Adikarto, Kompleks Gedung Kaca Pemda Kulon Progo.
Penutupan operasional RST Kulon Progo akan memberi konsekwensi bagi desa-desa di Kulon Progo untuk menyiapkan segala sesuatunya bagi memastikan pelaksanaan isolasi Mandiri di rumah bagi OTG Pasien Positif tanpa gejala dan bergejala ringan, nantinya akan berjalan baik.
Hal tersebut disampaikan oleh Kamituwa Kalurahan Karangsari pasca menghadiri acara Monev Penyelenggaraan Penanganan Covid-19 Kabupaten Kulon Progo, yang diselenggarakan oleh BPBD DIY di Balai Desa Kalurahan Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. Rabu (11/11/2020).
Tantangan Desa Dalam Penyelenggaraan Isolasi Mandiri di Rumah OTG Positif Covid-19 Kulon Progo
1. Kesiapan Mental Masyarakat Menerima OTG Positif Covid-19 Isolasi Di Rumah.
Pandemi Covid-19 menimbulkan beragam respon masyarakat di desa. Ada yang paranoid, ada juga yang abai karena percaya tidak adanya covid-19. Namun tidak sedikit juga masyarakat desa yang menyikapi Pandemi Corona dengan proporsional.
Stigma masyarakat terhadap pasien covid-19 juga sangat tinggi, sehingga dampak sosialnya menjadi lebih kompleks. Akibat stigmatisasi secara sosial yang kuat terhadap pasien konfirmasi Covid-19, kemudian turut memberi dampak juga pada ekonomi keluarganya. Karena masyarakat cenderung menjauhi dan mengucilkan keluarga tersebut.
2. Penyediaan Shelter Desa Untuk Isolasi Mandiri OTG Covid-19
Pemanfaatan rumah penduduk sebagai sarana Isolasi Mandiri OTG Positif Covid-19 tidak selalunya dapat dilaksankan karena terkendala oleh keterbatasan sarana prasarana, serta ketidaksesuaian kondisi rumah yang sesuai standar potokol pencegahan covid-19.
Oleh karena hal itu, untuk memastikan penyelenggaraan isolasi mandiri dapat berjalan dengan baik, serta memberi kepastian terkait rasa aman, keselamatan, dan kesehatan baik bagi OTG Positif Covid-19, maupun bagi masyarakat desa, dalam wacana penutupan RST Kulon Progo tersebut, penyediaan shelter desa menjadi kebutuhan yang sifatnya sangat mendesak.
3. Dukungan SDM berbasis Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat menjadi satu-satunya konsep yang mungkin bisa dilaksanakan dalam penyelenggaraan isolasi mandiri Pasien OTG Positif Covid-19 di Rumah.
Penutupan RST Kulon Progo tak lepas dari sisi ketidakmampuan anggaran untuk membiayai seluruh operasional penyelenggaraan Isolasi Mandiri. Disinilah pentingnya fungsi pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi peran Relawan desa dan juga dukungan kelembagaan yang ada di desa untuk dapat menyelenggarakan isolasi mandiri bagi OTG konfirmasi Positif Covid-19.
4. Dukungan Sumber Dana
Sudah diketahui sebelumnya bahwa penutupan RST di RSUD Wates salah satunya karena terkendala oleh kebutuhan anggaran biaya yang sangat besar. Bagaimana pula kemudian hal itu akan dilimpahkan kepada desa yang secara ketersediaan sumber dana adalah jauh lebih sedikit.
Dari pengalaman kasus konfirmasi Covid-19 di Desa Karangsari, dalam pelaksanaan isolasi mandiri di rumah, dukungan dana dan kebutuhan operasional datang dari berbagai sumber, seperti PKK, Dasa wisma, Kas Sosial RT, dana ormas dsb. Hal tersebut kemudian dipadukan dengan peruntukan dana desa yang memang sangat terbatas, sebagai penopang kegiatan penanggulangan bencana di desa, dalam hal ini bencana Pandemi Coronavirus Disease Covid 19 yang diprediksi masih belum segera berakhir.